Kerajaan
Ternate
A.
Letak
Geografis Kerajaan Ternate
Ternate
berada di Maluku, letaknya berada ditengah-tengah antara Papua dan Sulawesi.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Ternate merupakan tempat yang strategis
dalam sektor perdagangan dan pelayaran. Adapun wilayah kerajaan Ternate
meliputi sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi,
Timor dan sampai ke Flores dan Mindanao di Filiphina sekarang.
B.
Ternate
Sebelum Masuknya Islam dan Pada Saat Islam Masuk
Penduduk Ternate awal merupakan warga
eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing -
masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Kerajaan Ternate
didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada
tahun 1257.
Merekalah yang pertama–tama mengadakan
hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari
rempah–rempah. Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang
Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yang semakin
ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa
Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu
organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai
raja. Mereka menganut sistem kepercayaan yaitu Animisme atau kepercayaan terhadap
roh nenek moyang.
Islam masuk ke daerah Maluku secara resmi
pada abad ke IX, yang pada waktu itu dibawa oleh orang-orang Arab, Persi dan juga orangMelayu
yang berdatangan ke sana sejak abadke-5
Hijriah atau abad ke-11 Masehi. Untuk
mengetahui lebih mendalam tentang kerajaan Ternate ini ada baiknya apabila
terlebih dulu kita mengetahui keberadaan wilayahnya, yang merupakan salah satu
faktor penunjang bagi kemajuan dan perkembangan kerajaan Ternate di masa-masa
selanjutnya nanti. Kerajaan Ternate berada di kepulauan Maluku yang merupakan
salah satu dari empat kerajaan yang ada di sana, yaitu Kerajaan Tidore,
Kerajaan Bacan, Kerajaan Jailolo dan Kerajaan Ternate sendiri yang akan
dibahas.
Sejak dulu Maluku terkenal dengan semerbak
bunga cengkehnya,karena itulah yang membuat orang-orang Eropa berdatangan dan
ingin menguasainya. Datangnya pengaruh bangsa Barat, didahului olehpengaruh bangsa Timur
Tengah yang lebih awal datangnya ke negeri ini, sehingga mereka saling berlomba untuk mendapatkan hasil bumi yang melimpah ruah. Bangsa Timur Tengah disamping bertujuan
mencari cengkeh (rempah-rempah), mereka juga
bertujuan untuk memnyebarkan Islam di Kerajaan Maluku.
Kedatangan Islam ke Indonesia bagian Timur,
yaitu ke daerah Maluku tidak dapat dipisahkan dengan pusat
lalu lintas pelayaran dan perdagangan intemasional, yaitu : Malaka,
Jawa dan Maluku. Keadaan Maluku
yang sekaligus kerajaan Ternate di dalamnya, bahwa tantangan yang dihadapi
orang-orang Islam tidak lagi menghadapi kerajaan yang sedang mengalami
perpecahan karena perebutan kekuasaan melainkan mereka hanya datang dan
mengembangkan agama Islam dengan melalui perdagangan, dakwah dan melalui
perkawinan menurut cara Islam.
Di kala Tume Paires dan Gallevao datang ke daerah tersebut terlihat
masih banyak masyarakat yang belum masuk Islam, mereka masih percaya akan
pengaruh nenek moyangnya dan mereka hidup dalam kelompok masyarakat yang
dipimpin oleh para ketua kampung masing-masing.
Dengan keadaan yang demikian itu, maka
orang Arab yang berada didaerah tersebut mulai tergerak untuk melaksanakan
Islamisasi. Sebagian dari hasil Islamisasi yang dilakukan adalah dengan masuknya raja Ternate dalam Islam. Disebutkan pula bahwa yang mula-mula
memeluk agama Islam adalah "'Kolani"
(gelar para raja Maluku sebelum Islam) yang bernama Gapi Baguna. Dialah yang telah menerima seruan Datuk Maulana Husin dan mempelajari Islam secara sungguh-sungguh.
Disebutkan pula dalam catatan orang
Ternate, bahwa raja itu setelah masuk Islam memakai nama "Marhunf'.
Besar sekali kemungkinan bahwa nama Islam baginda bukan itu, sebab
biasanya bila seorang raja setelah meninggal dunia baru disebut namanya dengan
panggilan Marhum. Sehingga panggilan atau gelar itu digunakan
oleh pewaris kerajaan.
C.
Proses Islamisasi
Pada abad ke XIV menurut kitab
Nagarakertagama (Karya Empu Prapanca, 1365) bahwa kerajaan Majapahit hubungan
pelayaran dan perdagangan pelabuhan di Tuban dan Gresik dengan daerah Hitu,
Ternate, Tidore bahkan Ambon sudah sering terjadi. Pada abad tersebut pelabuhan
pelabuhan yang masih di bawah Majapahit sudah didatangani para pedagang muslim.
Untuk memperoleh komoditas berupa rempah rempah, terutama cengkeh dan pala,
para pedagang muslim dari arab dan timur tengah lainnya sangat mungkin juga
mendatangani wilayah Maluku. Hikayat ternate menyebutkan bahwa raja raja Maluku
(Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan) adalah keturunan Ja’far as-Sadiq (Imam
Syiah keenam, 699-765) dari Arab.
Berdasarkan tradisi setempat,
dikatakan bahwa raja Ternate ke-12, Molomatea (1350-1357 M), bersahabat dengan
orang orang muslim Arab yang datang ke Maluku yang memberikan petunjuk
pembuatan kapal. Diceritakan pula bahwa pada masa pemerintahan Raja Marhum (Gapi
Baguna,1485-1486) di Ternate datang seorang alim dari
Jawa bernama Maulana Husain yang mengajarkan membaca Al Quran dan menulis huruf
Arab yang indah sehingga menarik raja dan keluarga serta masyarakatnya.
Meskipun demikian waktu itu agama islam belum begitu berkembang.
Perkembangannya baru berlangsung pada masa Raja Cico atau Sultan Zainal Abidin
(1486-1500 M). Putra dari Gapi Baguna. Sultan Zaenal Abidin pernah pergi ke
Jawa untuk mempelajari agama islam. Zaenal Abidin yang belajar agama Islam ke
Sunan Giri di Jawa terkenal sebagai Raja Bulawa, yang berarti raja
cengkih.Sekembalinya di Jawa, ia membawa mubalig yang bernama Tuhubahalul. Hikayat
Hitu menceritakan bahwa yang mengiringi Sultan Zaenal Abidin ke Jawa adalah
perdana mentri Jamisu dan Hitu.
Dari penjelasan diatas, dapat
diketahui bahwa Islam masuk ke Ternate awalnya adalah dengan cara perdagangan
yang dibawa oleh para pedagang muslim, selain berdagang mereka juga menyebarkan
agama Islam dengan metode dakwah. Lalu juga ada perkawinan, dan juga ada yang
belajar kepada ahlinya, sepeti Sultan Zainal Abidin.
D.
Aspek Politik Kerajaan Ternate
Kolano Marhum, merupakan
raja ke-18, memerintah dari tahun 1465-1486. Ia merupakan raja pertama yang
memeluk Islam, dan secara resmi Islam menjadi agama kerajaan di Ternate.
Sultan Zainal Abidin,
beliau adalah putra dari Kolano Marhum
atau Sultan Batu Gana. Ia memerintah
dari tahun 1486-1500. Pada masa Sultan Zainal Abidin ini, kerajaan Ternate
diubah menjadi kesultanan, Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin
adalah meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan sultan, Islam diakui
sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, dan membentuk lembaga
kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya
ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa
perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal
Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di pulau
Jawa. Di sana beliau dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih).
Sultan Bayanullah, Di
masa pemerintahan Sultan Bayanullah (1500-1521), Ternate semakin berkembang,
rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami, teknik pembuatan perahu dan
senjata yang diperoleh dari orang Arab dan Turki digunakan untuk memperkuat
pasukan Ternate. Di masa ini pula datang orang Eropa pertama di Maluku Loedwijk
de Bartomo (Ludovico Varthema) tahun 1506.
Tahun
1512 Portugal untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate dibawah
pimpinan Fransisco Serrao, atas persetujuan sultan, Portugal diizinkan
mendirikan pos dagang di Ternate. Portugal datang bukan semata–mata untuk
berdagang melainkan untuk menguasai perdagangan rempah–rempah, pala dan cengkih
di Maluku. Untuk itu terlebih dulu mereka harus menaklukkan Ternate.
Sultan
Hidayatullah, setelah ayahnya Sultan Bayanullah
wafat maka yang menggantikannya adalah putranya yaitu Sultan Hidayatullah tapi
karena pada saat itu Sultan Hidayatullah masih kecil dan belum layak menjadi
raja atau sultan, maka yang memegang kekuasaan adalah ibunya yang bernama
Sultana Nukila dan pamannya yaitu Pangeran Taruwese. Adanya dualisme kekuasaan
mengakibatkan Portugis memanfaatkan keadaan untuk mengadu domba kedua wali
tersebut. Stelah dinobatkan sebagai raja atau sultan, ibunya yaitu Sultana
Nukila menginginkan bahwa Ternate dan Tidore harus bersatu dibawah kekuasaan
anaknya.
Abu Hayat II, Sultan
Abu Hayat II merupakan anak dari Sultan Bayanullah dan permaisuri nya yakni
Sultana Nukila. Beliau adalah adik dari Sultan Hidayatullah.Abu Hayat II sangat
membenci Portugis dan tak jarang beliau terlibat konflik dengan bangsa
Portugis. Suatu ketika pada tahun 1531 ia dituduh sebagai dalang atas
pembunuhan Gubernur Portugis yakni Gonzalo Pereira lalu ditangkap lalu dibuang
ke Malaka, ia mangkat setahun kemudian
Tabariji,
Sultan Tabariji merupakan anak dari Sultan Bayanullah namun tidak seibu dengan
Sultan Hidayaatullah dan Sultan Abu Hayat II. Sultan Tabariji naik tahta pada
umur 15 tahun, ia menggantikan Sultan Abu Hayat yakni saudara tirinya. Dalam
pemerintahannya, Sultan Tabariji tidak jauh berbeda dengan Sultan Abu Hayat II,
ia selalu terlibat cekcok dengan pihak Portugis dan akhirnya ia dilengserkan
oleh bangsa Portugis dan ia dibuang ke Goa India.
Khairun Jamil,
Setelah Sultan Tahariji dibuang, Sultan Khairun Jamil diangkat oleh bangsa
Portugis untuk menjadi pengganti Sultan Tahariji. Awalnya Portugis meminta
kepada Sultan Khairun Jamil untuk menjadikan Kesultanan Ternate menjadi
kerajaan kristen dan kerajaan vasal dari Portugis, namun perjanjian itu ditolak
mentah-mentah oleh Sultan Khairun Jamil.
Tak
ingin menjadi Malaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran
Portugal. Kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki
benteng dan kantong kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki
sekutu–sekutu suku pribumi yang bisa dikerahkan untuk menghadang Ternate.
Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugal di Malaka,
Portugal di Maluku kesulitan mendapat bala bantuan hingga terpaksa memohon
damai kepada Sultan Khairun. Secara licik gubernur Portugal, Lopez de Mesquita
mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya dengan kejam
membunuh sultan yang datang tanpa pengawalnya.
Baabullah Batusyah,
Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk menyingkirkan
Portugal, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan
Sultan Baabullah, pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur
Indonesia digempur. Setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal
meninggalkan Maluku untuk selamanya pada tahun 1575. Di bawah pimpinan Sultan
Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi
Utara dan Tengah di bagian barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur,
dari Filipina Selatan di bagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara di bagian
selatan.
Sultan
Baabullah dijuluki penguasa 72 pulau yang semuanya berpenghuni hingga
menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia
timur, di samping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah
Nusantara kala itu. Periode keemasaan tiga kesultanan ini selama abad 14 dan 15
entah sengaja atau tidak dikesampingkan dalam sejarah bangsa ini padahal mereka
adalah pilar pertama yang membendung kolonialisme Barat.
E. Aspek Sosial dan Kebudayaan
Untuk aspek
sosial Islam berkembang pesat dan luas karena perluasan wilayah yang terjadi
pada masa kejayaan Kerajaan Ternate yang dipimpin oleh Sultan Baabullah. Pusat
agama Islam di Maluku pada saat itu adalah di Ternate dan Tidore. Di Ternate
sendiri masyarakatnya hidup berdasarkan hukum dan ketentuan agama Islam.
Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke
Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada
Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan
Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh
Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
Kedudukan
Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat derajat Bahasa
Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada dibawah
pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam tulisannya; “Bahasa Ternate dalam
konteks bahasa-bahasa Austronesia dan Non Austronesia” mengemukakan bahwa
bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang digunakan
masyarakat timur Indonesia. Sebanyak 46% kosakata bahasa Melayu di Manado
diambil dari bahasa Ternate. Bahasa Melayu – Ternate ini kini digunakan luas di
Indonesia Timur terutama Sulawesi Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan
Selatan, Maluku dan Papua dengan dialek yang berbeda – beda. Dua naskah Melayu
tertua di dunia adalah naskah surat sultan Ternate Abu Hayat II kepada Raja
Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 yang saat ini masih tersimpan di
museum Lisabon – Portugal.
F.
Peninggalan
Kesultanan Ternate
Adapun
peninggalan-peninggalan Kesultanan Ternate adalah:
·
Istana Kesultanan Ternate
·
Benteng Kesultanan Ternate
·
Masjid Kesultanan Ternate
G.
Aspek
Ekonomi
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang
sangat pesat hingga pada abad ke-15, Ternate telah menjadi kerajaan penting di
Maluku.
Para pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun armada laut yang cukup kuat.
Para pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun armada laut yang cukup kuat.
Kerajaan
yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku
kaya akan rempah-rempah. Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan penghasil
rempah-rempah terbesar sehingga di juluki sebagai "The Spicy Island".
Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu,
sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke
sana, melewati rute perdagangan tersebut.
Tanah
di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan
hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada
abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan
komoditi yang penting. Selain itu
mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
H.
Kemunduran
Kerajaan Ternate
Awalnya
kedatangan bangsa Spanyol yang bekerja sama dengan bangsa Portugis untuk
kembali menguasai Ternate. Dan dalam ushanya melawan kembali bangsa kolonial,
masyarakat Ternate dibantu oleh bangsa Belanda. Setelah Ternate berhasil
memukul mundur Portugis dan Spanyol, maka Belanda memeinta imbalannya berupa
surat perjanjian atau surat kontrk yang berisi tentang kontrak Monopoli VOC.
Dan
juga selain itu adanya perlawanan yang dilakukan para rakyat Ternate kepada
pihak Belanda yang mengakibatkan banyak kerugian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar