Blogroll

Blog ini dirancang khusus untuk Siswa SMA

kenapa


Rabu, 12 November 2014

Kerajaan Islam Ternate



Kerajaan Ternate
A.    Letak Geografis Kerajaan Ternate
Ternate berada di Maluku, letaknya berada ditengah-tengah antara Papua dan Sulawesi. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Ternate merupakan tempat yang strategis dalam sektor perdagangan dan pelayaran. Adapun wilayah kerajaan Ternate meliputi sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, Timor dan sampai ke Flores dan Mindanao di Filiphina sekarang. 

B.     Ternate Sebelum Masuknya Islam dan Pada Saat Islam Masuk
Penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing - masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Kerajaan Ternate didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257.
Merekalah yang pertama–tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah. Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja. Mereka menganut sistem kepercayaan yaitu Animisme atau kepercayaan terhadap roh nenek moyang.
Islam masuk ke daerah Maluku secara resmi pada abad ke IX,  yang pada waktu itu dibawa oleh orang-orang Arab, Persi dan juga orangMelayu yang berdatangan ke sana sejak abadke-5 Hijriah atau abad ke-11 Masehi. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang kerajaan Ternate ini ada baiknya apabila terlebih dulu kita mengetahui keberadaan wilayahnya, yang merupakan salah satu faktor penunjang bagi kemajuan dan perkembangan kerajaan Ternate di masa-masa selanjutnya nanti. Kerajaan Ternate berada di kepulauan Maluku yang merupakan salah satu dari empat kerajaan yang ada di sana, yaitu Kerajaan Tidore, Kerajaan Bacan, Kerajaan Jailolo dan Kerajaan Ternate sendiri yang akan dibahas.

Sejak dulu Maluku terkenal dengan semerbak bunga cengkehnya,karena itulah yang membuat orang-orang Eropa berdatangan dan ingin menguasainya. Datangnya pengaruh bangsa Barat, didahului olehpengaruh bangsa Timur Tengah yang lebih awal datangnya ke negeri ini, sehingga mereka saling berlomba untuk mendapatkan hasil bumi yang melimpah ruah. Bangsa Timur Tengah disamping bertujuan mencari cengkeh (rempah-rempah), mereka juga bertujuan untuk memnyebarkan Islam di Kerajaan Maluku.
Kedatangan Islam ke Indonesia bagian Timur, yaitu ke daerah Maluku tidak dapat dipisahkan dengan pusat lalu lintas pelayaran dan perdagangan intemasional, yaitu : Malaka, Jawa dan Maluku. Keadaan Maluku yang sekaligus kerajaan Ternate di dalamnya, bahwa tantangan yang dihadapi orang-orang Islam tidak lagi menghadapi kerajaan yang sedang mengalami perpecahan karena perebutan kekuasaan melainkan mereka hanya datang dan mengembangkan agama Islam dengan melalui perdagangan, dakwah dan melalui perkawinan menurut cara Islam.
Di kala Tume Paires dan Gallevao datang ke daerah tersebut terlihat masih banyak masyarakat yang belum masuk Islam, mereka masih percaya akan pengaruh nenek moyangnya dan mereka hidup dalam kelompok masyarakat yang dipimpin oleh para ketua kampung masing-masing.
Dengan keadaan yang demikian itu, maka orang Arab yang berada didaerah tersebut mulai tergerak untuk melaksanakan Islamisasi. Sebagian dari hasil Islamisasi yang dilakukan adalah dengan masuknya raja Ternate dalam Islam. Disebutkan pula bahwa yang mula-mula memeluk agama Islam adalah "'Kolani" (gelar para raja Maluku sebelum Islam) yang bernama Gapi Baguna. Dialah yang telah menerima seruan Datuk Maulana Husin dan mempelajari Islam secara sungguh-sungguh.
Disebutkan pula dalam catatan orang Ternate, bahwa raja itu setelah masuk Islam memakai nama "Marhunf'. Besar sekali kemungkinan bahwa nama Islam baginda bukan itu, sebab biasanya bila seorang raja setelah meninggal dunia baru disebut namanya dengan panggilan Marhum. Sehingga panggilan atau gelar itu digunakan oleh pewaris kerajaan.

C.    Proses Islamisasi
Pada abad ke XIV menurut kitab Nagarakertagama (Karya Empu Prapanca, 1365) bahwa kerajaan Majapahit hubungan pelayaran dan perdagangan pelabuhan di Tuban dan Gresik dengan daerah Hitu, Ternate, Tidore bahkan Ambon sudah sering terjadi. Pada abad tersebut pelabuhan pelabuhan yang masih di bawah Majapahit sudah didatangani para pedagang muslim. Untuk memperoleh komoditas berupa rempah rempah, terutama cengkeh dan pala, para pedagang muslim dari arab dan timur tengah lainnya sangat mungkin juga mendatangani wilayah Maluku. Hikayat ternate menyebutkan bahwa raja raja Maluku (Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan) adalah keturunan Ja’far as-Sadiq (Imam Syiah keenam, 699-765) dari Arab.
Berdasarkan tradisi setempat, dikatakan bahwa raja Ternate ke-12, Molomatea (1350-1357 M), bersahabat dengan orang orang muslim Arab yang datang ke Maluku yang memberikan petunjuk pembuatan kapal. Diceritakan pula bahwa pada masa pemerintahan Raja Marhum (Gapi Baguna,1485-1486) di Ternate datang seorang alim dari Jawa bernama Maulana Husain yang mengajarkan membaca Al Quran dan menulis huruf Arab yang indah sehingga menarik raja dan keluarga serta masyarakatnya. Meskipun demikian waktu itu agama islam belum begitu berkembang. Perkembangannya baru berlangsung pada masa Raja Cico atau Sultan Zainal Abidin (1486-1500 M). Putra dari Gapi Baguna. Sultan Zaenal Abidin pernah pergi ke Jawa untuk mempelajari agama islam. Zaenal Abidin yang belajar agama Islam ke Sunan Giri di Jawa terkenal sebagai Raja Bulawa, yang berarti raja cengkih.Sekembalinya di Jawa, ia membawa mubalig yang bernama Tuhubahalul. Hikayat Hitu menceritakan bahwa yang mengiringi Sultan Zaenal Abidin ke Jawa adalah perdana mentri Jamisu dan Hitu.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa Islam masuk ke Ternate awalnya adalah dengan cara perdagangan yang dibawa oleh para pedagang muslim, selain berdagang mereka juga menyebarkan agama Islam dengan metode dakwah. Lalu juga ada perkawinan, dan juga ada yang belajar kepada ahlinya, sepeti Sultan Zainal Abidin.

D.    Aspek Politik Kerajaan Ternate
Kolano Marhum, merupakan raja ke-18, memerintah dari tahun 1465-1486. Ia merupakan raja pertama yang memeluk Islam, dan secara resmi Islam menjadi agama kerajaan di Ternate.
Sultan Zainal Abidin, beliau adalah putra dari Kolano Marhum atau Sultan Batu Gana. Ia memerintah dari tahun 1486-1500. Pada masa Sultan Zainal Abidin ini, kerajaan Ternate diubah menjadi kesultanan, Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan sultan, Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, dan membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa. Di sana beliau dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih).
Sultan Bayanullah, Di masa pemerintahan Sultan Bayanullah (1500-1521), Ternate semakin berkembang, rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami, teknik pembuatan perahu dan senjata yang diperoleh dari orang Arab dan Turki digunakan untuk memperkuat pasukan Ternate. Di masa ini pula datang orang Eropa pertama di Maluku Loedwijk de Bartomo (Ludovico Varthema) tahun 1506.
Tahun 1512 Portugal untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate dibawah pimpinan Fransisco Serrao, atas persetujuan sultan, Portugal diizinkan mendirikan pos dagang di Ternate. Portugal datang bukan semata–mata untuk berdagang melainkan untuk menguasai perdagangan rempah–rempah, pala dan cengkih di Maluku. Untuk itu terlebih dulu mereka harus menaklukkan Ternate.
Sultan Hidayatullah, setelah ayahnya Sultan Bayanullah wafat maka yang menggantikannya adalah putranya yaitu Sultan Hidayatullah tapi karena pada saat itu Sultan Hidayatullah masih kecil dan belum layak menjadi raja atau sultan, maka yang memegang kekuasaan adalah ibunya yang bernama Sultana Nukila dan pamannya yaitu Pangeran Taruwese. Adanya dualisme kekuasaan mengakibatkan Portugis memanfaatkan keadaan untuk mengadu domba kedua wali tersebut. Stelah dinobatkan sebagai raja atau sultan, ibunya yaitu Sultana Nukila menginginkan bahwa Ternate dan Tidore harus bersatu dibawah kekuasaan anaknya.
Abu Hayat II, Sultan Abu Hayat II merupakan anak dari Sultan Bayanullah dan permaisuri nya yakni Sultana Nukila. Beliau adalah adik dari Sultan Hidayatullah.Abu Hayat II sangat membenci Portugis dan tak jarang beliau terlibat konflik dengan bangsa Portugis. Suatu ketika pada tahun 1531 ia dituduh sebagai dalang atas pembunuhan Gubernur Portugis yakni Gonzalo Pereira lalu ditangkap lalu dibuang ke Malaka, ia mangkat setahun kemudian
Tabariji, Sultan Tabariji merupakan anak dari Sultan Bayanullah namun tidak seibu dengan Sultan Hidayaatullah dan Sultan Abu Hayat II. Sultan Tabariji naik tahta pada umur 15 tahun, ia menggantikan Sultan Abu Hayat yakni saudara tirinya. Dalam pemerintahannya, Sultan Tabariji tidak jauh berbeda dengan Sultan Abu Hayat II, ia selalu terlibat cekcok dengan pihak Portugis dan akhirnya ia dilengserkan oleh bangsa Portugis dan ia dibuang ke Goa India.
Khairun Jamil, Setelah Sultan Tahariji dibuang, Sultan Khairun Jamil diangkat oleh bangsa Portugis untuk menjadi pengganti Sultan Tahariji. Awalnya Portugis meminta kepada Sultan Khairun Jamil untuk menjadikan Kesultanan Ternate menjadi kerajaan kristen dan kerajaan vasal dari Portugis, namun perjanjian itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan Khairun Jamil.
Tak ingin menjadi Malaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran Portugal. Kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki benteng dan kantong kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki sekutu–sekutu suku pribumi yang bisa dikerahkan untuk menghadang Ternate. Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugal di Malaka, Portugal di Maluku kesulitan mendapat bala bantuan hingga terpaksa memohon damai kepada Sultan Khairun. Secara licik gubernur Portugal, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya dengan kejam membunuh sultan yang datang tanpa pengawalnya.
Baabullah Batusyah, Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk menyingkirkan Portugal, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan Sultan Baabullah, pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia digempur. Setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku untuk selamanya pada tahun 1575. Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara di bagian selatan.
Sultan Baabullah dijuluki penguasa 72 pulau yang semuanya berpenghuni hingga menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia timur, di samping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah Nusantara kala itu. Periode keemasaan tiga kesultanan ini selama abad 14 dan 15 entah sengaja atau tidak dikesampingkan dalam sejarah bangsa ini padahal mereka adalah pilar pertama yang membendung kolonialisme Barat.

E.     Aspek Sosial dan Kebudayaan
Untuk aspek sosial Islam berkembang pesat dan luas karena perluasan wilayah yang terjadi pada masa kejayaan Kerajaan Ternate yang dipimpin oleh Sultan Baabullah. Pusat agama Islam di Maluku pada saat itu adalah di Ternate dan Tidore. Di Ternate sendiri masyarakatnya hidup berdasarkan hukum dan ketentuan agama Islam.
Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
            Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat derajat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada dibawah pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam tulisannya; “Bahasa Ternate dalam konteks bahasa-bahasa Austronesia dan Non Austronesia” mengemukakan bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang digunakan masyarakat timur Indonesia. Sebanyak 46% kosakata bahasa Melayu di Manado diambil dari bahasa Ternate. Bahasa Melayu – Ternate ini kini digunakan luas di Indonesia Timur terutama Sulawesi Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan, Maluku dan Papua dengan dialek yang berbeda – beda. Dua naskah Melayu tertua di dunia adalah naskah surat sultan Ternate Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 yang saat ini masih tersimpan di museum Lisabon – Portugal.
F.     Peninggalan Kesultanan Ternate
Adapun peninggalan-peninggalan Kesultanan Ternate adalah:
·         Istana Kesultanan Ternate
·         Benteng Kesultanan Ternate
·         Masjid Kesultanan Ternate

G.    Aspek Ekonomi
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga pada abad ke-15, Ternate telah menjadi kerajaan penting di Maluku.
     Para pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun armada laut yang cukup kuat
.
Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga di juluki sebagai "The Spicy Island". Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana, melewati rute perdagangan tersebut.
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
H.    Kemunduran Kerajaan Ternate
Awalnya kedatangan bangsa Spanyol yang bekerja sama dengan bangsa Portugis untuk kembali menguasai Ternate. Dan dalam ushanya melawan kembali bangsa kolonial, masyarakat Ternate dibantu oleh bangsa Belanda. Setelah Ternate berhasil memukul mundur Portugis dan Spanyol, maka Belanda memeinta imbalannya berupa surat perjanjian atau surat kontrk yang berisi tentang kontrak Monopoli VOC.
Dan juga selain itu adanya perlawanan yang dilakukan para rakyat Ternate kepada pihak Belanda yang mengakibatkan banyak kerugian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar