Blogroll

Blog ini dirancang khusus untuk Siswa SMA

kenapa


Rabu, 12 November 2014

Corak Kehidupan Masyarakat pada Masa Pra-Aksara


1.      Periodisasi waktu pada masa pra-aksara
Sekitar tahun 1836 seorang ahli sejarah dari Denmark CJ. Thomsen mengemukakan periodisasi zaman praaksara. Ia membagi zaman praaksara menjadi 3 zaman yaitu: zaman batu, zaman perunggu dan zaman besi. Konsep ini bertahan lama di Eropa Barat dan terkenal dengan sebutan three age system. Konsep yang dikemukakan oleh Thomsen ini menitikberatkan pada pendekatan yang bersifat teknis yang didasarkan pada penemuan atas alat-alat yang ditinggalkan. Jadi yang dimaksud zaman batu adalah zaman dimana peralatan manusia dibuat dari batu, zaman perunggu berciri khas peralatan manusia dibuat dari perunggu sedangkan zaman besi adalah zaman dimana peralatan manusia praaksara dibuat dari besi.
Konsep periodisasi zaman praaksara Indonesia juga terpengaruh oleh pendekatan model Thonsen ini. Pakar sejarah dari Indonesia R Soekmono membagi zaman prasejarah Indonesia menjadi 2 zaman yaitu zaman batu (meliputi: Palaeolithikum, Mesolithikum, dan neolithikum) dan zaman logam (meliputi zaman tembaga, perunggu dan besi).
Periodisasi zaman praaksara Indonesia memasuki tahap baru ktika pada sekitar tahun 1970 seorang ahli sejarah R.P. Soeroso menggunakan pendekatan sosial ekonomis untuk membat periodisasi zaman praaksara Indonesia. Dengan pendekatan baru ini maka zaman praaksara Indoenesia dibagi menjadi 3 zaman yaitu:
a.       Zaman berburu dan mengumpulkan makanan
b.      Zaman pertanian/bercocok tanam
c.       Zaman perundagian (kemampuan teknik)
Meskipun masing-masing zaman memiliki karakter dan cirri-ciri khusus, namun tidak berarti dengan bergantinya zaman, karakter pada zaman sebelumya sama sekali hilang. Jadi pada zaman pertanian misalnya masyarakat sama sekali tidak meninggalkan tradisi pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan. Kadang-kadang masyarakat masih berburu untuk mendapatkan tambahan makanan. Tampaknya model pendekatan social ekonomis inilah yang sekarang dipergunakan untuk membuat periodisasi zaman praaksara Indonesia.
  Sedangkan berdasarkan aspek tekonologinya, masa prasejarah dibedakan menjadi:
Berdasarkan teknologi yang di hasilkan
Jaman Batu
Jaman Logam
1)      Jaman Batu Tua ( paleolithikum )
2)      Jaman Batu Madya ( Mesolithikum)
3)      Jaman Batu Baru ( Neolithikum )
4)      Jaman Batu Besar ( Megalithikum )
1)      Jaman Perunggu
2)      Jaman Tembaga
3)      Jaman Besi

2.      Mengenal Manusia Purba (Pra-Aksara)
Selain peinggalan masa Pra-aksara yang berupa Artefak, terdapat juga peninggalan fosil-fosil, salah satunya adalah fosil manusia purba. Menurut Notosusanto (1993:60), Fosil manusia di Indonesia mungkin pernah ditemukan di masa dahulu bersama dengan fosil-fosil hewan. Tetapi penelitian ilmiah tentang fosil manusia barulah dimulai pada akhir abad ke 19. (Gunawan,2013:16) Peninggalan manusia purba untuk sementara ini yang paling banyak ditemukan berada di Pulau Jawa. Meskipun di daerah lain tentu juga ada, tetapi para peneliti belum berhasil menemukan tinggalan tersebut atau masih sedikit yang berhasil ditemukan, misalnya di Flores. Berikut ini adalah beberapa penemuan penting fosil manusia di beberapa tempat.
a.    Sangiran
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapat kita lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan tandus yang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Di dalam buku Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, Sangiran Menjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu (Notosusanto, 1993:62) Antara tahun 1936-1941 Von Koeningswald menemukan in-situ fosil-fosil rahang, gigi dan tengkorak manusia, disamping banyak fosil hewan.  Pentingnya temuan-temuan dari  Sangiran ialah karena penemuannya terjadi baik dilapisan Plestosen Tengah maupun Plestosen Bawah di satu tempat, dan memperlihatkan variasi morfologis yang menurut berbagai ahli berbeda pada tingkat rasial. Beberapa Fragmen rahang dan gigi yang ditemukan berukuran besar dan Von Koeningswald menggolongkannya ke dalam Meganthropus Palaeojavanicus.
Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun, menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO (Gunawan, 2013:17).

b.    Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum Von Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. (Notosusanto, 1993:61) Temuan Dubois yang pertama diumumkan, yaitu fosil atap tengkorak Pithecanthropus erectus, yang ditemukan pada tahun 1891. Selain itu,  peninggalan manusia purba tipe ini juga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah; Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah.


SUMBER REFERENSI :

Gunawan, Restu, dkk. (2013). Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Politeknik Negeri Media Kreatif.
Notosusanto, Nugroho, dkk. (1993). Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta : Balai Pustaka
S, Marwan. (2013). Jenis Manusia Purba dan Hasil Kebudayaannya. [Online]. Tersedia : http://ssbelajar.blogspot.com/2013/11/jenis-manusia-purba-dan-hasil.html. [01 Agustus 2014].
Widi, Nugroho Dwi. (2013). Masa Pra Aksara di Indonesia. [Online]. Tersedia : http://widhisejarahblog.blogspot.com/2013/10/masa-pra-aksara-di-indonesia.html. [28 Juli 2014].




Tidak ada komentar:

Posting Komentar